Hidrogen adalah unsur yang paling melimpah di alam semesta ini dengan persentase 75% dari barion berdasarkan massa dan lebih dari 90% berdasarkan jumlah atom (sama dengan tiga perempat massa alam semesta).
Sifat-sifat Hidrogen
Unsur hidrogen di alam memiliki sifat antara lain yaitu:
- Titik lebur: 14,01 K (-259,14 oC)
- Titik didih: 20,28 K (-252,87 oC)
- Kapasitas panas spesifik: 14,304 J g-1 K-1
- Kalor peleburan: 0,117 kJ mol-1 H2
- Panas penguapan: 0,904 kJ mol-1 H2
- Energi ionisasi: 1312 kJ mol-1
- Panas atomisasi: 218 kJ mol-1
- Elektron afinitas: 72,7711 kJ mol-1
- Elektronegativitas (Skala Pauling): 2,18
- Elektron konfigurasi: 1s1
- Kulit: 1
- Oksidasi jumlah maksimum: 1
- Oksidasi jumlah minimal: -1
- Maksimum oksidasi yang umum ada: 1
- Minimum oksidasi yang umum ada: -1
- Polarisabilitas volume: 0,7 a3
- Reaksi dengan udara: Sangat kuat,⇒ H2O
- Reaksi dengan oksida (s): H2O
- Reaksi dengan klorida (s): HCl
- Konduktivitas panas: 0,1805 W m-1 K-1
- Konduktivitas listrik: 0,106 ohm-1cm-1
- Radius kovalensi: 0.32 Å
- Radius atom: 2.08 Å
- Jari-jari atom: 25 am
- Volume atom: 14.1 cm3/mol
- Massa atom: 1,00794 amu
- Massa jenis: 0.0899 g/cm3
- Formasi entalpi: 0.00585 kJ/mol
- Potensial ionisasi:13.598 V
- Entalpi penguapan: 0.4581 kJ/mol
- Kekerasan Vickers: 7,042 kPa
- Kekerasan Brinell: 1,293 MPa
Unsur
ini ditemukan di bintang-bintang dan memainkan peranan yang penting
dalam memberikan sumber energi jagat raya melalui reaksi proton-proton
dan siklus karbon-nitrogen. Proses fusi atom-atom hidrogen menjadi
helium di matahari menghasilkan jumlah energi yang sangat besar.
Gas hidrogen (H2) pertama kali dihasilkan secara artifisial oleh T. Von Hohenheim (dikenal juga sebagai Paracelsus, 1493–1541) melalui pencampuran logam dengan asam kuat. Dalam eksperimennya, dia tidak menyadari bahwa gas mudah terbakar yang dihasilkan oleh reaksi kimia ini adalah unsur kimia yang baru.Pada tahun-tahun berikutnya penelitian-penelitian mengenai gas hidrogen lebih sering dilakukan, diantaranya oleh Robert Boyle, Henry Cavendish, Antoine Lavoisier, James Dewar, dan lain-lain.
Gas
hidrogen pertama kali digunakan untuk sinar sorot, balon udara, dan
kapal udara. Namun pada zaman globalisasi seperti ini, unsur gas
hidrogen lebih sering digunakan untuk kepentingan industri.
Hidrogen dapat berikatan dengan unsur lainnya yang dapat disebut senyawa hidrogen. Senyawa-senyawa
hidrogen tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu
hidrogen yang bereaksi dengan karbon (hidrokarbon), hidrogen yang
bereaksi dengan unsur yang lebih elektronegatif (hidrogen halida), hidrogen yang bereaksi dengan unsur yang kurang elektronegatif (hidrida).
Hidrogen
mempunyai sifat-sifat yang membedakan unsur hidrogen dengan unsur
lainnya. Sifat hidrogen yang paling menarik yaitu hidrogen mempunyai
sifat mudah terbakar.
Keunikan hidrogen lainnya adalah hidrogen merupakan satu-satunya unsur yang memiliki tiga isotop alami yaitu Protium (1H), Deuterium (2H), Tritium (3H).
Hidrogen
memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat hidrogen
ditemukan dalam berbagai bidang. Dalam kimia organik, hidrogen dipakai
sebagai pesintesis senyawa-senyawa organik seperti senyawa aldehid.
Dalam bidang industri, hidrogen banyak digunakan seperti
pembuatan bahan bakar fosil, pupuk, meningkatkan kejenuhan minyak,
pemurnian minyak bumi, pembuatan metanol, sebagai sel bahan bakar serta
berperan dalam proses hidrodealkilasi, hidrodesulfurasi, hidrocracking. Dalam bidang fisika dan teknik, hidrogen digunakan sebagai sheilding gas dan zat pendingin rotor.
Selain
mempunyai manfaat, hidrogen juga mempunyai dampak dan bahaya,
diantaranya adalah penyalahgunaan bom hidrogen dan meledaknya gas
hidrogen yang dikarenakan sifat hidrogen mudah terbakar dan meledak.
Hidrogen juga dapat berbahaya jika hidrogen sudah berikatan dengan
unsur/zat berbahaya yang membentuk senyawa seperti hidrogen sianida dan
hidrogen sulfida. Selain itu, produksi dari hidrogen juga dapat
menimbulkan efek yang berbahaya seperti keluarnya gas CO dan CO2.
Sebelum
dampak penggunaan hidrogen muncul, kita dapat mencegah bahaya dari gas
hidrogen, diantaranya yaitu lebih berhati-hati dalam menggunakan gas
hidrogen dan mengawasi penggunaannya. Selain itu, bila sudah terkena
dampaknya, kita juga bisa meminimalisir bahaya yang dapat
ditimbulkannya, diantaranya dengan menjauhi sumber, mencuci tangan dan
pakaian dan lain-lain.
Unsur gas hidrogen sangat dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari
mulai dari terbentuknya alam semesta, terbentuknya molekul air,
kandungan hidrogen dalam tubuh manusia, sampai aplikasi penggunaan
hidrogen dalam bidang industri.
Setiap
sifat fisik dan kimia hidrogen yang telah saya kaji dalam makalah ini
ternyata tepat sesuai dengan yang diperlukan bagi keberadaan kehidupan.
Namun, dalam makalah ini kita hanya mengorek permukaan dari bukti yang
berlimpah untuk fakta tersebut.
Betapapun
dalamnya Anda menyelidiki detail atau memperluas penelitian, pengamatan
umum ini tetap berlaku; dalam setiap detail unsur gas hidrogen, ada
satu tujuan demi kehidupan manusia, dan setiap detail dirancang secara
sempurna, seimbang, dan harmonis untuk mencapai tujuan itu.
Manfaat Hidrogen
1. Dalam kimia organik
Hidrogen sering dipakai untuk reaksi hidrogenasi senyawa alkena atau alkuna untuk sintesis senyawa organik. Senyawa hidrida misalnya MgH2, NaH, dan LiH sering dipakai untuk reagen pereduksi senyawa organik dan hal ini sering dipakai dalam proses sistesis senyawa organik misalnya untuk reduksi senyawa aldehid atau keton.
Contohnya diantara lain yaitu:
· Reaksi Rosenmund
Reaksi
Rosenmund adalah reaksi kimia yang mengurangi suatu halida asam ke
aldehida menggunakan gas hidrogen di paladium-karbon pada diracuni
dengan barium sulfat.
Mekanisme
ini mungkin melibatkan pembentukan Cu (III) spesies melalui penambahan
oksidatif dari aril halida. Setelah eliminasi reduktif kemudian mengarah
ke produk.
Kelebihan
tembaga sianida dan penggunaan, kutub-titik didih tinggi pemurnian
pelarut membuat produk yang sulit. Selain itu, temperatur tinggi (sampai
200 ° C) menurunkan toleransi kelompok fungsional. Penggunaan sianida
logam alkali atau reagen cyanation seperti cyanohydrins, jumlah katalis
tembaga (I) iodida dan iodida kalium, memungkinkan sebuah katalis
cyanation ringan, dari berbagai aril bromida.
Jika
aril iodida, natrium sianida dan tembaga (I) iodida digunakan,
mekanisme yang sederhana mirip dengan yang dari tipe reaksi Ullmann
dapat diusulkan.
Reaksi
dengan aril bromida dan iodida ditambahkan logam alkali melibatkan
ekuilibria tambahan di mana aril bromida memberikan aril iodida lebih
reaktif.
· Reaksi asilasi Freidel-Crafts
Reaksi
asilasi Freidel-Crafts sangat bergantung pada stabilitas reagen asil
klorida. Formil klorida, sebagai contohnya, sangat tidak stabil untuk
diisolasikan.
Oleh
karena itu sintesis benzaldehida via lintasan Friedel-Crafts memerlukan
sintesis formil klorida secara in situ. Ini dapat dilakukan melalui
reaksi Gatterman-Koch yang mereaksikan benzena dengan karbon monoksida
dan hidrogen klorida pada tekanan tinggi dan dikatalisasikan dengan
campuran aluminium klorida dan kupro klorida.
2. Di bidang industri
· Bahan bakar fosil
Bahan
bakar fosil atau bahan bakar mineral, adalah sumber daya alam yang
mengandung hidrokarbon seperti batu bara, petroleum, dan gas alam.
Penggunaan bahan bakar fosil ini telah menggerakan pengembangan industri
dan menggantikan kincir angin, tenaga air, dan juga pembakaran kayu
atau peat untuk panas.
Ketika
menghasilkan listrik, energi dari pembakaran bahan bakar fosil
seringkali digunakan untuk menggerakkan turbin. Generator tua seringkali
menggunakan uap yang dihasilkan dari pembakaran untuk memutar turbin,
tetapi di pembangkit listrik baru gas dari pembakaran digunakan untuk
memutar turbin gas secara langsung.
Pembakaran
bahan bakar fosil oleh manusia merupakan sumber utama dari karbon
dioksida yang merupakan salah satu gas rumah kaca yang dipercayai
menyebabkan pemanasan global.
Sejumlah
kecil bahan bakar hidrokarbon adalah bahan bakar bio yang diperoleh
dari karbon dioksida di atmosfer dan oleh karena itu tidak menambah
karbon dioksida di udara.
· Industri pupuk
Dasar
teori pembuatan amonia dari nitrogen dan hidrogen ditemukan oleh Fritz
Haber (1908), seorang ahli kimia dari Jerman. Sedangkan proses industri
pembuatan amonia untuk produksi secara besar-besaran ditemukan oleh Carl
Bosch, seorang insinyur kimia juga dari Jerman. Persamaan termokimia
reaksi sintesis amonia adalah :
N2(g) + 3H2(g) ⇄ 2NH3(g) ∆H = -92,4Kj Pada 25oC : Kp = 6,2×105
Berdasarkan prinsip kesetimbangan kondisi yang menguntungkan untuk ketuntasan reaksi ke kanan (pembentukanNH3)
adalah suhu rendah dan tekanan tinggi. Akan tetapi, reaksi tersebut
berlangsung sangat lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu 500oC sekalipun. Proses Haber-Bosch semula dilangsungkan pada suhu sekitar 500oC dan tekanan sekitar 150-350 atm dengan katalisator, yaitu serbuk besi dicampur dengan Al2O3, MgO, CaO, dan K2O.
Reaksi
kekanan pada pembuatan amonia adalah reaksi eksoterm. Reaksi eksoterm
lebih baik jika suhu diturunkan, tetapi jika suhu diturunkan maka reaksi
berjalan sangat lambat. Titik didih Amonia -33,35 oC, titik bekunya -77,7 oC, temperatur & tekanan kritiknya 133 oC & 1657 psi. Entalpi pembentukan (∆H), kkal/mol NH3(g) pada 0oC = -9,368; 25 oC = -11,04. Pada proses sintesis pada suhu 700-1000oF, akan dilepaskan panas sebesar 13 kkal/mol. Kondisi optimum untuk dapat bereaksi dengan suhu 400-600oC, dengan tekanan 150-300 atm.
· Meningkatkan kejenuhan minyak
Lemak
trans terbentuk dari penambahan hidrogen pada minyak nabati melalui
proses hidrogenasi parsial. Normalnya minyak nabati bentuknya cair dan
memiliki ikatan rantai asam lemak yang tidak jenuh.
Melalui
proses hidrogenasi dengan penambahan ion hidrogen, ikatan asam lemak
yang awalnya tidak jenuh akan menjadi jenuh sehingga membuat minyak
nabati menjadi lebih padat sehingga tidak mudah rusak. Contohnya dalam
proses pembuatan margarin. Namun perubahan dari cairan minyak menjadi
lemak padat akan mengubah lemak nabati yang tadinya lemak tak jenuh
menjadi lemak trans. Makanan yang diolah dengan minyak nabati yang
terhidrogenasi akan menjadi lebih tahan lama, teksturnya lebih baik,
lebih renyah, dan gurih, serta tidak terlalu terasa minyaknya.
Industri
makanan gemar menggunakan lemak trans dalam produksi makanan karena
mudah digunakan, harganya tidak mahal dan lebih awet. Sedangkan
restoran-restoran terutama fast food menggunakan lemak trans untuk
menggoreng karena minyak yang mengandung lemak trans bisa digunakan
berulang kali.
Selain
dalam margarin, lemak trans pun juga terdapat dalam shortening (mentega
putih atau lemak putih), fast food seperti ayam goreng (fried chicken),
kentang goreng (french fries), adonan pizza, donat, keripik, kentang,
kraker, biskuit, kue kering (cookies), permen, dan cake. Lemak trans
secara alami juga ada dalam jumlah sedikit dalam daging dan susu
sapi. Tapi lemak trans dalam makanan yang diproses efeknya lebih
berbahaya bagi kesehatan. Padahal sebagian besar lemak trans yang kita
konsumsi saat ini justru berasal dari makanan yang diproses.
· Hidrodealkilasi
Hidrodealkilasi toluene adalah proses yang digunakan untuk menghasilkan benzene. Reaksi utama dalam proses ini adalah :
C6H5CH3(g) + H2(g) ----> C6H6(g) + CH4(g)
Reaksi
hidrodealkilasi toluene adalah reaksi gas-gas dengan katalis padat.
Dimana toluene, hidrogen, benzene dan metana berada dalam fase gas (Psat
C6H5CH3 = 183,69 atm; Psat H2 = 6,54 x 1090 atm; Psat C6H6 = 219,96 atm dan Psat CH4 = 2512,49 atm). Toluene dan hidrogen dikonversi dalam reaktor dengan katalis untuk memproduksi benzene dan metana.
Umumnya reaksi mencapai konversi 90%. Reaksi ini merupakan reaksi yang sangat eksotermis dan umumnya kondisi operasi pada 500o C sampai 660o
C, and 20 to 60 bar. Reaksi ini adalah reaksi searah dan membutuhkan
katalis. Katalis terdiri dari kromium atau molybdenum oksida, platinum
atau platinum oksida, pada silica atau alumina.
· Hidrodesulfurasi
Hidrodesulfurisasi
(HDS) adalah katalitik proses kimia banyak digunakan untuk
menghilangkan sulfur (S) dari gas alam dan dari produk minyak olahan
seperti bensin, bahan bakar jet, minyak tanah, solar, dan minyak bakar.
Tujuan menghilangkan belerang ini adalah untuk mengurangi belerang
dioksida (SO2) emisi yang dihasilkan dari yang menggunakan
bahan bakar di otomotif kendaraan, pesawat, kereta api lokomotif, kapal,
gas atau minyak bakar, pembangkit listrik, perumahan dan industri
tungku, dan bentuk lain dari bahan bakar pembakaran.
Alasan
lain penting untuk menghilangkan belerang dari nafta aliran dalam
kilang minyak bumi adalah bahwa belerang, bahkan dalam konsentrasi yang
sangat rendah, racun yang logam mulia katalis (platinum dan renium)
dalam reformasi katalitik unit yang kemudian digunakan untuk
meningkatkan nilai oktan dari aliran nafta.
Proses hidrodesulfurisasi industri termasuk fasilitas untuk menangkap dan penghapusan yang dihasilkan hidrogen sulfida (H2S) gas.
Dalam kilang minyak, gas hidrogen sulfida yang kemudian diubah menjadi belerang unsur sampingan atau asam sulfat.
Pada
kenyataannya, sebagian besar dari 64.000.000 metrik ton belerang
diproduksi di seluruh dunia pada tahun 2005 adalah produk sampingan
sulfur dari kilang dan pengolahan hidrokarbon tanaman lainnya.
· Hidrocracking
Hydrocracking
adalah proses catalytic cracking dibantu oleh adanya peningkatan
tekanan parsial gas hidrogen. Serupa dengan hidrotreater, fungsi
hidrogen adalah pemurnian dari aliran hidrokarbon dari sulfur dan
nitrogen hetero-atom.
Produk
dari proses ini adalah hidrokarbon jenuh, tergantung pada kondisi
reaksi (suhu, tekanan, aktifitas katalis) produk ini berkisar dari
etana, LPG untuk hidrokarbon berat sebagian besar terdiri dari
isoparaffins.
· Agen pereduksi bijih logam
Untuk
mengekstrak logam, bijih atau senyawa logam harus mengalami proses
reduksi (misalnya, ion logam positif menerima elektron negatif untuk
membentuk atom logam netral, atau oksida yang kehilangan oksigen, untuk
membentuk atom logam bebas).
Senyawa
yang kehilangan oksigen dari oksidanya disebut agen pereduksi misalnya
karbon, karbon monoksida atau kadang-kadang hidrogen.
· Sebagai sel bahan bakar
Ketika terbakar, hidrogen melepaskan energi berupa panas dan menghasilkan air sebagai bahan buangan (2H2 + O2 —> 2H2O).
Sama sekali tidak mengeluarkan karbon. Jadi penggunaan hidrogen sebagai
bahan bakar sangat membantu mengurangi polusi karbon dioksida (CO2) dan juga karbon monoksida (CO) sehingga sekaligus mengurangi efek rumah kaca.
Dibanding
bahan bakar fosil yang umum kita gunakan selama ini (bensin dan solar),
pemakaian hidrogen sebagai bahan bakar jauh lebih efektif dalam
pembakaran.
Sebagai
perbandingan 1 pound bensin yang dibakar pada suhu 25 derajat Celcius
dan tekanan 1 atmosfer akan menghasilkan panas antara 19.000 Btu (44,5
kJ/g) s/d 20.360 Btu (47,5 kJ/g), sedangkan 1 pound Solar bisa
menghasilkan panas antara 18.250/lb (42,5 kJ/g) s/d 19,240 Btu (44,8
kJ/g).
Hidrogen
sendiri dalam kondisi yang sama (25 derajat Celcius dan tekanan 1
atmosfer) dengan berat yang sama mampu menghasilan panas 51.500 Btu/lb
(119,93 kJ/g) sampai 61.000 Btu/lb (141,86 kJ/g) yang berarti hampir 3
kali lipat dari panas yang bisa dihasilkan oleh pembakaran bensin dan
solar.
Keunggulan
lain dari Hidrogen adalah jumlahnya di alam ini sangat melimpah, 93 %
dari seluruh atom yang ada di jagat raya ini adalah Hidrogen, unsur yang
paling sederhana dari semua unsur yang ada di alam ini . Tiga perempat
dari massa jagat raya ini adalah Hidrogen. Di bumi sendiri bentuk
hidrogen yang paling umum kita kenal adalah air (H2O).
Hanya,
meskipun memiliki banyak keunggulan dibanding bahan bakar lain,
hidrogen juga memiliki kelemahan. Kelemahan Hidrogen ini sebagai bahan
bakar adalah sifatnya sebagai sumber energi yang tidak bersifat langsung
(primer) sebagaimana halnya gas alam, minyak atau batubara.
Hidrogen
adalah energi turunan (sekunder) sebagaimana halnya listrik yang tidak
bisa didapat langsung dari alam, melainkan harus diproduksi dengan
menggunakan sumber energi lain seperti Gas alam, minyak, batu bara,
nuklir, energi matahari dan berbagai sumber energi lainnya.
Tapi
meskipun hidrogen tidak bisa dilepaskan dari kelemahannya itu, tetap
saja dalam skala kecil sudah banyak negara di dunia memanfaatkan
hidrogen sebagai bahan bakar. Negara Amerika serikat misalnya. Sebagai
negara yang pengkonsumsi energi terbesar di dunia, Amerika Serikat
adalah salah satu negara yang paling aktif mengembangkan riset untuk
mengembangkan Hidrogen sebagai bahan bakar. Pada tahun 1992 pemerintah
Amerika mendirikan The Hydrogen Technical Advisory Panel (HTAP), untuk
memberikan masukan kepada Menteri Energi tentang potensi hidrogen.
Kebanyakan
dari hidrogen yang diproduksi sampai hari ini (di Amerika maupun di
negara lain) adalah hidrogen yang didapat dari gas alam (CH4)
melalui proses yang disebut “steam reforming”. Tapi yang lebih
potensial untuk dilakukan di masa depan adalah memproduksi hidrogen dari
air melalui proses elektrolisis atau langsung menggunakan reaksi
fotokimia.
Seperti
yang saya katakan sebelumnya, hidrogen itu seperti listrik yang
merupakan sumber energi sekunder yang diproduksi dengan menggunakan
sumber energi lain. Pada kenyataanya hidrogen dan listrik memang
bagaikan dua sisi yang berbeda dari satu mata uang yang sama. Hidrogen
bisa diproduksi dengan menggunakan tenaga listrik melalui proses
elektrolisis, sebaliknya hidrogen bisa digunakan untuk memproduksi
listrik bebas polusi melalui proses elektrolisis pula.
Karena
bersifat sekunder itulah, untuk tahap awal penggunaan hidrogen sebagai
bahan bakar, kita harus mengkombinasikan penggunaannya dengan bahan
bakar primer (hibrida). Jadi fungsi hidrogen lebih sebagai bahan bakar
pendamping yang berfungsi membantu mesin mengurangi konsumsi bahan bakar
utama.
Memadukan
teknologi elektrolisis yang menghasilkan hidrogen dari air dengan
teknologi pembakaran menggunakan bahan bakar bensin atau solar kepada
kendaraan ataupun mesin industri terbukti cukup efektif mengurangi
konsumsi bahan bakar fosil antara 15-50 %.
Jadi
kalau saja teknologi seperti ini bisa diterapkan secara massal,
konsumsi bahan bakar fosil tentu bisa diturunkan tanpa perlu ribut-ribut
dan tarik urat seperti yang terjadi di Kopenhagen sekarang, karena
disamping menghemat penggunaan bahan bakar fosil, penggunaan teknologi
ini juga secara efektif mengurangi produksi karbon yang hari-hari
belakangan ini menjadi pokok perdebatan para pemimpin berbagai negara
yang sekarang sedang melakukan konferensi di Kopenhagen.
Untuk
di Indonesia sendiri, kalau saja teknologi ini bisa digunakan, hal itu
tentu akan banyak mengurangi ’sakit kepala’ pemerintah yang setiap
tahunnya harus menganggarkan uang APBN dalam jumlah yang tidak sedikit
untuk mensubsidi BBM.
Karena
daya tarik teknologi pemanfaatan hidrogen yang diproduksi dari air
melalui proses elektrolisis inilah sekarang banyak negara yang sudah
mulai mengembangkan teknologi ini. Negara-negara itu di antaranya
Malaysia, Cina, Jepang dan tentu saja Amerika Serikat.
Kemudian
pertanyaannya Indonesia kapan? Kalau untuk mengembangkan teknologi ini
kita harus menunggu pemerintah dan para sarjana yang memiliki sederet
gelar di berbagai universitas terkenal di negeri ini yang mengambil
inisiatif, maka jawabannya adalah WALLAHU ALAM. Ini disebabkan karena
seperti yang sudah-sudah, orang-orang yang duduk di pemerintahan
Indonesia dan juga para sarjana dan akademisi di negara ini jarang
sekali ada yang mampu berpikir di luar bingkai. Para sarjana dan
akademisi di negara ini lebih banyak terdiri dari orang-orang yang
terlalu bangga dan silau dengan gelar yang mereka miliki.
Kembali
ke hidrogen, sebagaimana juga untuk mengembangkan Pariwisata, untuk
mengembangkan teknologi hibrida hidrogen dengan bahan bakar fosil ini
pun, di Indonesia kita hanya bisa berharap kepada swasta.
Karena di Indonesia ini pemerintah sebagaimana biasanya hanya bisa
menjadi pahlawan kesiangan yang baru muncul belakangan, setelah masalah
terselesaikan.
Kalaupun
ada ilmuwan di Indonesia yang cukup brilyan maka biasanya dia akan
dihadapkan pada kurangnya dukungan dana untuk mewujudkan ide
brilyan-nya.
Di
Indonesia ini, ide dan pemikiran hebat tidak pernah dihargai secara
wajar. Beda dengan Taiwan yang jika ada orang yang punya ide yang cukup
cemerlang, maka pemerintah akan memberi dukungan dana dan fasilitas
untuk melakukan penelitian, yang semuanya akan dibayar jika penelitian
itu sudah menghasilkan.
Maka tidak heranlah jika akhirnya negara asinglah yang mengambil manfaat dari banyak bakat brilyan yang lahir di negeri ini.
· Dalam pemurnian minyak bumi
Produk minyak bumi adalah bahan bermanfaat yang berasal dari minyak mentah (minyak bumi) setelah diproses di pengolahan minyak.
Menurut
komposisi dan permintaan minyak mentah, pengolahan dapat memproduksi
berbagai jenis produk minyak bumi. Produk minyak terbesar digunakan
sebagai energi; bermacam tingkatan minyak bahan bakar dan bensin.
Pengolahan
juga memproduksi bahan kimia lain, beberapa diantaranya digunakan dalam
proses kimia untuk membuat plastik dan bahan berguna lainnya.
Sejak
minyak bumi sering berisi beberapa persen sulfur, sejumlah besar sulfur
juga sering diproduksi sebagai produk minyak bumi. Hidrogen dan karbon
dalam bentuk arang minyak bumi juga dapat diproduksi sebagai produk
minyak bumi.
Produk
hidrogen sering digunakan sebagai produk perantara untuk proses
pengolahan minyak lainnya seperti pemecahan katalitis hidrogen
(pemecahan hidro) dan hidrodesulfurisasi.
· Pembuatan metanol
Saat
ini, gas sintesis umumnya dihasilkan dari metana yang merupakan
komponen dari gas alam. Terdapat tiga proses yang dipraktekkan secara
komersial.
Pada
tekanan sedang 1 hingga 2 MPa (10–20 atm) dan temperatur tinggi
(sekitar 850 °C), metana bereaksi dengan uap air (steam) dengan katalis
nikel untuk menghasilkan gas sintesis menurut reaksi kimia berikut:
CH4 + H2O → CO + 3 H2
Reaksi
ini, umumnya dinamakan steam-methane reforming atau SMR, merupakan
reaksi endotermik dan limitasi perpindahan panasnya menjadi batasan dari
ukuran reaktor katalitik yang digunakan.
Metana
juga dapat mengalami oksidasi parsial dengan molekul oksigen untuk
menghasilkan gas sintesis melalui reaksi kimia berikut:
2 CH4 + O2 → 2 CO + 4 H2
Reaksi
ini adalah eksotermik dan panas yang dihasilkan dapat digunakan secara
in-situ untuk menggerakkan reaksi steam-methane reforming.
Ketika dua proses tersebut dikombinasikan, proses ini disebut sebagai autothermal reforming. Untuk menghasilkan stoikiometri yang sesuai dalam sintesis methanol, rasio CO and H2 dapat diatur dengan menggunakan reaksi perpindahan air-gas (the water-gas shift reaction):
CO + H2O → CO2 + H2,
Karbon monoksida dan hidrogen kemudian bereaksi dengan katalis kedua untuk menghasilkan metanol.
Saat
ini, katalis yang umum digunakan adalah campuran tembaga, seng oksida,
dan alumina, yang pertama kali digunakan oleh ICI di tahun 1966. Pada
5–10 MPa (50–100 atm) dan 250 °C, ia dapat mengkatalisis produksi
metanol dari karbon monoksida dan hidrogen dengan selektifitas yang
tinggi:
CO + 2 H2 → CH3OH
Sangat
perlu diperhatikan bahwa setiap produksi gas sintesis dari metana
menghasilkan 3 mol hidrogen untuk setiap mol karbon monoksida, sedangkan
sintesis metanol hanya memerlukan 2 mol hidrogen untuk setiap mol
karbon monoksida.
Salah
satu cara mengatasi kelebihan hidrogen ini adalah dengan menginjeksikan
karbon dioksida ke dalam reaktor sintesis metanol, dimana ia akan
bereaksi membentuk metanol sesuai dengan reaksi kimia berikut:
CO2 + 3 H2 → CH3OH + H2O
Walaupun
gas alam merupakan bahan yang paling ekonomis dan umum digunakan untuk
menghasilkan metanol, bahan baku lain juga dapat digunakan.
Ketika
tidak terdapat gas alam, produk petroleum ringan juga dapat digunakan.
Di Afrika Selatan, sebuah perusahaan (Sasol) menghasilkan metanol dengan
menggunakan gas sintesis dari batu bara.
3. Penggunaan hidrogen sangat menguntungkan
Ketika
hidrogen dikombinasikan dengan oksigen dalam sel bahan bakar, energi
dalam bentuk listrik yang dihasilkan. Listrik ini dapat digunakan untuk
kendaraan kekuasaan, sebagai sumber panas dan untuk keperluan lainnya.
Keuntungan dari menggunakan hidrogen sebagai pembawa energi adalah bahwa
ketika menggabungkan dengan oksigen produk sampingan hanya air dan
panas.
Efek rumah kaca tidak ada atau partikel lain yang diproduksi dengan menggunakan sel bahan bakar hidrogen.
Hidrogen
dapat diproduksi secara lokal dari berbagai sumber. Hidrogen dapat
diproduksi baik terpusat, dan kemudian didistribusikan, atau penukaran
di mana ia akan digunakan. Gas hidrogen dapat diproduksi dari metana,
bensin, biomassa, batubara atau air. Masing-masing sumber membawa dengan
itu jumlah yang berbeda dari polusi, tantangan teknis, dan kebutuhan
energi.
Dengan
meningkatnya penggunaan hidrogen dan kemajuan teknis, biaya produksi,
distribusi dan manufaktur produk akan menjadi semakin terjangkau. Dengan
terus membangun kemitraan antara bisnis, pemerintah, universitas dan
non-profit organisasi hidrogen akan menjadi fondasi ekonomi energi yang
berkelanjutan.
4. Dalam bidang fisika dan teknik
· Sebagai shielding gas
Shielding
gas adalah gas-gas inert atau semi lembam yang umum digunakan dalam
beberapa proses pengelasan, terutama gas metal arc welding dan gas
tungsten arc welding (GMAW dan GTAW, lebih dikenal sebagai TIG MIG dan
masing-masing).
Tujuan mereka adalah untuk melindungi daerah las dari gas atmosfer, seperti oksigen, nitrogen, karbon dioksida, dan uap air.
Tergantung
pada bahan yang dilas, gas-gas atmosfer dapat mengurangi kualitas las
atau membuat proses pengelasan lebih sulit untuk digunakan.
Proses
las busur yang lain menggunakan metode lain untuk melindungi las dari
atmosfer juga - logam las busur terlindung, misalnya, menggunakan
elektroda tercakup dalam fluks yang menghasilkan karbon dioksida ketika
dikonsumsi, gas semi lembam yang merupakan shielding gas diterima untuk
baja las.
Penanganan
pilihan las gas dapat menyebabkan las berpori dan lemah, atau hujan
rintik-rintik yang berlebihan, yang terakhir, sementara tidak
mempengaruhi las itu sendiri, menyebabkan hilangnya produktivitas karena
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghapus tetes tersebar.
· Zat pendingin rotor
Hidrogen juga dipakai sebagai zat pendingin rotor dalam generator listrik di stasiun penghasil listrik. H2
digunakan sebagai pendingin rotor di generator pembangkit listrik
karena ia mempunyai konduktivitas termal yang paling tinggi di antara
semua jenis gas.
Rotor
coil terbuat dari tembaga berlubang sebagai laluan hidrogen untuk
mendinginkan rotor coil. Rotor coil harus didesain kuat menghadapi
stress karena rotasi dan thermal expansion. Saat start, shutdown maupun
perubahan beban generator, lilitan dari rotor akan bergerak relatif
terhadap strukturnya sehingga disediakan jarak ruang dan slip layer
untuk memungkinkan pergerakan ini dengan mengurangi gaya gesek yang
terjadi sehingga vibrasi rotor dapat dihindari.
PLTU 1 Banten Suralaya menggunakan hidrogen sebagai pendingin rotor coil dan stator core.
Pendinginan
dengan hidrogen memiliki beberapa keuntungan diantaranya mengurangi
rugi angin (windage loss) karena densitas hidrogen hanya 7% dibandingkan
udara, konduktivitas termal yang tinggi (7x udara), koefisien transfer
panas yang tinggi (135% dari udara) dan mengurangi resiko korona yang
mungkin ada jika menggunakan udara.
5. Kandungan hidrogen dalam air
Dalam
penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Dr. Shirahata di Universitas
Kyusu, Jepang, ditemukan bahwa kandungan Air Ajaib berbeda dengan
kandungan air minum biasa. Perbedaannya adalah kandungan hidrogen yang tersimpan dalam Air Ajaib.
Air ajaib mengandung hidrogen
paling sedikit 200-300 kali dibandingkan air biasa. Setiap sumber mata
air akan menghasilkan kandungan hydrogen yang berbeda, dimana jumlahnya
kerap kali lebih besar.
Mengapa hidrogen berperan membantu masalah kesehatan dan memperlambat proses penuaan?
Hidrogen
yang larut dalam air merupakan antioksidan yang sempurna karena
kemampuannya untuk menyumbangkan/menstabilkan elektron sehingga akan
menstabilkan radikal bebas. Radikal bebas adalah salah satu penyebab
utama penuaan dan masalah berbagai penyakit.
Setiap
hari kita merasakan radikal bebas, dari bahan kimia dan racun rumah
tangga, polusi lingkungan, penggunaan obat-obatan yang berlebihan,
merokok dan minuman beralkohol, produk olahan dan makanan olahan, serta
air yang terkontaminasi.
Karena
radikal bebas adalah salah satu penyebab utama penuaan dan
menyingkirkan mereka adalah sangat penting agar Anda tetap sehat, oleh
karena itu air yang kaya hydrogen sangat bernilai untuk melawan berbagai
penyakit degeneratif.
6. Sebagai pendeteksi kebocoran
Baru-baru
ini hidrogen digunakan sebagai bahan campuran dengan nitrogen
(kadangkala disebut forming gas) sebagai gas perunut untuk pendeteksian
kebocoran gas yang kecil.
Aplikasi ini dapat ditemukan di bidang otomotif, kimia, pembangkit listrik, kedirgantaraan, dan industri telekomunikasi.
Hidrogen adalah zat aditif (E949) yang diperbolehkan penggunaanya dalam
ujicoba kebocoran bungkusan makanan dan sebagai antioksidan.
1 Responses So Far:
Assalamualaykum.
Izin share gan. matur suwun
Posting Komentar